"Ya, beliau (Dita Oepriarto) adalah kakak kelas saya di SMA N 5 Surabaya, beliau angkatan 1991 sedangkan saya 1995," ujar Ahmad Faiz saat dihubungi kumparan (kumparan.com) pada Senin (14/5).
Ahmad Faiz menyebut, dirinya tak mengenal secara dalam sosok Dita. Hanya saja keduanya pernah beberapa kali mengikuti pengajian bersama saat Ahmad Faiz masih duduk di bangku SMA dan kuliah. Dita cukup populer di kalangan Rohis SMA N 5 Surabaya, karena dia pernah menjadi ketua Rohis.
"Saya tidak pernah kenal dengan dia. Hanya saja, saya pernah ikut di pengajian semacam yang dia ikuti. Sepertinya Dita ini terus bertransformasi pindah ke pengajian yang lebih ekstrem lagi," lanjut Ahmad Faiz.
Ahmad Faiz menyebut, berdasarkan cerita teman-temannya, Dita menolak untuk ikut acara upacara bendera. Sebab menurutnya hormat kepada bendera poker adalah perbuatan syirik.
"Dia menolak ikut upacara bendera karena menganggap hormat bendera adalah syirik, ikut bernyanyi lagu kebangsaan adalah bid’ah dan pemerintah Indonesia ini adalah thoghut," ujar Pria alumni Fakultas Ekonomi UNAIR ini.
Akibat dari menolak untuk mengikuti upacara bendera, Dita disebut kerap mendapat panggilan dari guru BK (Bimbingan Konseling). Dia juga mendapat cerita ini dari para senior yang juga anggota Rohis.
"Memang dia dipanggil guru BK untuk diajak diskusi, tapi kalau sebuah ideologi sudah tertancap kuat, seribu nasihat tidak akan masuk ke hati. Dan akhirnya pihak sekolah menyerah, toh dia tidak bertindak anarkis, bahkan terkenal cerdas, lemah lembut, dan baik hati," kata Ahmad Faiz.
"Saya sedih sekali akhirnya ini benar-benar terjadi, tapi saya sebenarnya tidak terlalu kaget ketika akhirnya dia meledakkan diri bersama keluarganya sebagai puncak jihad dia, karena benih-benih ekstremisme itu telah ditanam sejak 30 tahun lalu," ujar Ahmad Faiz.
Dia menyebut, sehari-hari Dita dikenal sebagai sosok yang supel dan ramah. "Almarhum sangat supel dan ramah. Bahkan sebelum terjadi peledakan beliau sempat salat Subuh di masjid dan menyapa tetangganya," tuturnya.
Dalam aksi pengeboman di 3 gereja di Surabaya pad Minggu (13/5), Dita melibatkan istri dan keempat anaknya untuk melakukan aksi bom bunuh diri. Mereka tewas di lokasi setelah bom yang disematkan di tubuh mereka meledak.
Peta lokasi teror di Surabaya dan Sidoarjo.
0 komentar:
Posting Komentar