Moon dan Kim mendadak menggelar pertemuan pada Sabtu (26/5). Dalam pertemuan itu, keduanya sepakat pertemuan antara AS dan Korut mesti berhasil dlaksanakan.
"Pemimpin Kim dan saya sepakat pertemuan tingkat tinggi 12 Juni mesti digelar dengan sukses, dan upaya kami menuju denuklirisasi Semenanjung Korea dan rezim kedamaian abadi tidak boleh berhenti," kata Moon dalam konferensi pers di Seoul.
Pertemuan itu merupakan perkembangan baru dari tarik ulur diplomatik sepekan terakhir seputar kemungkinan pertemuan pertama pemimpin AS dan Korut, sekaligus sinyal terkuat bahwa kedua pemimpin Korea berupaya merealisasikan rencana putus-nyambung tersebut.
Moon baru saja kembali ke Seoul setelah bertemu Trump di Washington untuk mempertahankan rencana tatap muka Trump dan Kim. Dia mengatakan Trump menyampaikan "tekad bulat" mengakhiri permusuhan dengan Korea Utara dan memulai kerja sama ekonomi bilateral.
Meski menegaskan Kim berkomitmen pada denuklirisasi, Moon mengakui Pyongyang dan Washington mungkin punya gambaran berbeda terkait makna hal tersebut. Ia pun mendorong kedua pihak untuk berdialog untuk menyelesaikan perbedaan pandangan.
Lewat surat kepada Kim, Kamis pekan lalu, Trump mengatakan dirinya membatalkan pertemuan yang sedianya digelar di Singapura. Alasannya adalah "permusuhan terbuka" dari Korut.
"Ini berjalan dengan sangat baik. Jadi kita berharap 12 Juni di Singapura. Hal itu tidak berubah. Jadi kita lihat apa yang akan terjadi," ujarnya di Gedung Putih.
Dilaporkan Reuters, satu tim dari Gedung Putih akan berangkat ke Singapura pekan ini untuk mempersiapkan pertemuan kedua pemimpin negara, sesuai jadwal.
Pemerintahan Trump menuntut Korea Utara menghentikan program nuklirnya secara utuh. Sebelum akhirnya memutuskan untuk bertemu, Kim dan Trump terus saling menghina dan melontarkan ancaman perang karena keberadaan senjata penghancur massal itu.
0 komentar:
Posting Komentar